Tuesday, 10 Sep 2013 | 18:17 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com Pada 17 Juli 2013 lalu, diberitakan bahwa seekor hiu terdampar di Pantai Klatakan, Bali. Hiu tersebut berwarna hitam dan berukuran lebih dari satu meter dan berat 30 kg.
Kini, setelah diteliti oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, diketahui bahwa spesies hiu yang terdampar adalah hiu basking (Cetorhinus maximus) atau beberapa juga menyebut hiu penjemur. Hiu ini merupakan ikan terbesar kedua setelah hiu paus.
Fahmi, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI melakukan analisis foto hiu yang terdampar dan yakin bahwa hiu tersebut adalah hiu basking.
"Kalau kita lihat, bagian mulut saat tertutup posisinya agak ke bawah. Ini adalah ciri hiu basking," kata Fahmi.
"Bagian ekornya memiliki tonjolan yang disebut keel. Ini adalah ciri khas ikan migrasi. Hiu paus juga punya ini tetapi coraknya berbeda," imbuh Fahmi.
Fahmi bersama teknisinya, Priyo Agustono, mendatangi lokasi hiu terdampar, mengambil bagian sirip dan memotongnya menjadi beberapa bagian.
Potongan sirip ditata dan diawetkan dengan formalin. Selanjutnya, spesimen itu dibawa ke laboratorium Oseanografi LIPI untuk diawetkan lebih lanjut dan diteliti.
Fahmi mengatakan, temuan hiu basking di Kalatakan itu merupakan temuan besar. Hiu basking merupakan ikan yang hidup di wilayah subtropis dan sangat jarang ditemui di wilayah tropis.
"Ini adalah pertama kali hiu basking ditemukan di wilayah Indonesia," saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/9/2013).
Fahmi mengungkapkan, rekaman terdamparnya hiu basking sebelumnya adalah di wilayah Brasilia. Namun, temuan di Indonesia kali ini tetap istimewa.
"Sewaktu di Brasil, hiu basking memang ditemukan tetapi sudah mendekati wilayah 20 derajat LS. Ini merupakan temuan pertama di tempat yang paling mendekati ekuator," jelas Fahmi.
Ditemukannya hiu basking di Indonesia bisa menjadi petunjuk tentang migrasi jenis hiu tersebut yang sampai sekarang masih teka-teki.
Spekulasi ilmuwan menyebutkan bahwa hiu basking bermigrasi dari wilayah subtropis utara ke selatan melewati ekuatorial.
"Temuan ini bisa menjadi petunjuk adanya migrasi tersebut," ungkap Fahmi.
Fahmi belum mengetahui apakah hiu tersebut bermigrasi dari belahan utara atau selatan Bumi sebelum akhirnya terdampar di Bali.
"Saat kita kita sedang lakukan analisis DNA. Kita kirim sampelnya ke Korea Selatan. Dari hasil analisis nanti kita akan ketahui asal hiu itu," jelasnya.
Meskipun demikian, dari segi oseanografi, Fahmi menduga bahwa hiu tersebut berasal dari belahan utara Bumi.
Hiu tersebut masuk ke wilayah Indonesia memanfaatkan arus laut yang bernama Arlindo, dari Pasifik, hingga akhirnya terdampar di Bali.
Pakar oseanografi dari Institut Pertanian Bogor, Mulia Purba, berpendapat berbeda. Menurutnya, lebih mungkin bagi ikan hiu yang terdampar untuk bergerak dari selatan ke utara.
"Arlindo yang masuk ke Bali berasal dari pasifik bagian barat dan membawa massa air yang hangat," kata Mulia.
"Kalau arus khatulistiwa selatan dari Australia membawa massa air dingin lalu ke Samudra Hindia. Jadi kalau hiu ini hidup di daerah temperate, lebih mungkin hiu bergerak dari selatan ke utara," imbuhnya.
Ke depan, masih perlu dilakukan penelitian tentang perilaku hiu dalam bermigrasi melintasi wilayah khatulistiwa.
Selain itu, perlu pula dilakukan penelitian tentang arus dingin di Selat Bali yang bisa dimanfaatkan fauna subtropis untuk bermigrasi ke perairan hangat.
Tujuan hiu basking bermigrasi sendiri masih misteri. Kemungkinan, hiu bermigrasi untuk bereproduksi atau melahirkan. Namun, hal itu belum bisa dipastikan.
Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor: Yunanto Wiji Utomo
0 komentar:
Posting Komentar