Monday, 09 Sep 2013 | 13:09 WIB
KOMPAS.com Pada 29 Agustus lalu, tim peneliti proyek teleskop antariksa Hubble merilis foto bagus tentang sebuah obyek di antariksa. Foto merupakan gabungan dari dua hasil pemotretan, pertama oleh Hubble pada tahun 2006 dan oleh Newston Telescope pada tahun 2003.
Foto menunjukkan gambar sebuah obyek antariksa yang berbentuk seperti ulat. Obyek tampak memiliki gumpalan di bagian depan disertai dengan warna kuning kemerahan yang menyala serta ekor berwarna biru.
Apa sejatinya obyek tersebut? Space.com, Rabu (4/9/2013), menyatakan, obyek itu sebenarnya adalah sebuah awan gas. Obyek itu protobintang yang masih dalam tahap sangat awal yang nanti mungkin saja berkembang menjadi bintang serupa Matahari.
Obyek tersebut dinamai IRAS 20324+4057, berjarak 4.500 tahun cahaya dari Bumi, di konstelasi Cygnus. Panjang ekor obyek itu mencapai 9,6 juta kilometer. Di samping kanan obyek itu adalah bintang-bintang panas di konstelasi Cygnus. Bintang-bintang itu berjarak 15 tahun cahaya dari obyek serupa ulat itu.
IRAS 20324+4057 benar-benar sedang berjuang untuk berkembang menjadi bintang. Bintang-bintang di sekelilingnya melepaskan aliran partikel yang dikenal dengan angin bintang. Partikel itu menggerus IRAS 20324+4057.
IRAS 20324+4057 tidak diam, tetapi melawan. Ia mengoleksi material di sekelilingnya, berusaha sebaik mungkin melawan proses erosi. Namun, apakah obyek ini berhasil melawan pengaruh angin bintang yang menyebabkan erosi.
Sebuah bintang lahir dari awan gas macam IRAS 20324+4057. Awan gas memiliki gravitasi kuat sehingga bisa mengumpulkan materi. Materi akan terus dimampatkan. Ketika awan menjadi mampat, suhu menjadi lebih panas.
Ketika suhu mencapai temperatur 10 miliar derajat celsius, sebuah reaksi untuk mengubah hidrogen menjadi helium, atau reaksi fusi, bisa dimulai. Dampaknya, gumpalan materi kemudian mulai bersinar. Pada tahap itulah, sebuah bintang lahir.
Sebuah bintang bisa saja memiliki massa berat (heavy-weight) atau ringan (light-weight). Obyek serupa ulat ini punya peluang menjadi keduanya, ditentukan oleh banyaknya material di sekelilingnya yang berhasil dikoleksi serta kemampuannya melawan erosi angin bintang.
Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor: Yunanto Wiji Utomo
0 komentar:
Posting Komentar