Tuesday, 10 Sep 2013 | 10:09 WIB
KOMPAS.com - Dayak adalah nama penduduk asli Pulau Borneo yang saat ini masih banyak tinggal di pedalaman Kalimantan. Suku asli dayak mempunyai budaya maritim atau bahari karena nama mereka banyak mempunyai arti dan berhubungan dengan sungai (karena banyaknya sungai yang terdapat di pedalaman Kalimantan).
Arti dari kata dayak itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Dayak berarti manusia, sementara banyak lainnya menyatakan bahwa kata itu berarti pedalaman. Bahwa orang-orang Iban menggunakan istilah Dayak dengan arti manusia, sementara orang-orang Tunjung dan Benuaq mengartikannya sebagai hulu sungai.
Ada banyak suku Dayak di Kalimantan, Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan.
Suku terbanyak adalah suku Dayak Kenyah yang memiliki aksesoris sebagai perhiasan tubuh
mereka. Umumnya suku Dayak memiliki perhiasan berupa manik-manik yang terbuat dari batu alam.
Dahulu batu-batu ini dibentuk dengan tangan dan tanpa bantuan mesin, sehingga warnanya kusam jika dibandingkan dengan manik-manik modern buatan pabrik. Selain itu, ada juga perbedaan berat di bebatuan dan manik-manik tersebut. Jika ingin membuktikan bahwa manik-manik tersebut asli dari Suku Dayak atau bukan, maka haruslah dilakukan tes dengan cara membakarnya.
Umumnya, masyarakat Dayak khususnya pria Dayak tidak mengenal aksesoris batu lain selain perhiasan manik-manik. Aksesoris yang umumnya digunakan adalah yang berasal dari hewan perburuan mereka, seperti taring dan gigi beruang, taring babi. Jika di Papua taring
babi dijadikan perhiasan yang ditusukkan di hidung, pada Suku Dayak, taring tersebut dijadikan buah kalung mereka.
Selain itu ciri khas Suku Dayak lain yang unik adalah tato, di mana tato bagi masyarakat Dayak memiliki makna yang sangat mendalam. Tato bagi masyarakat etnis dayak merupakan bagian dari tradisi, religi, status sosial seorang dalam masyarakat, serta bisa pula sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Karena itu, tato tidak bisa dibuat sembarangan.
Karena itu, semakin banyak tato, "obor" akan semakin terang dan jalan menuju alam keabadian semakin lapang. Meski demikian, tetap saja pembuatan tato tidak bisa dibuat sebanyak-banyaknya secara sembarangan, karena harus mematuhi aturan-aturan adat.
Baik tato pada lelaki atau perempuan, secara tradisional dibuat menggunakan duri buah jeruk yang panjang. Seiring dengan perkembangan zaman kemudian menggunakan beberapa buah jarum sekaligus. Yang tidak berubah adalah bahan pembuatan tato yang biasanya menggunakan jelaga dari periuk yang berwarna hitam.
Untuk melihat Suku Dayak kita bisa melihat mudah di Desa Budaya Pampang di Samarinda dan Festival Budaya Capgomeh di Singkawang. Jika Anda ingin melihat langsung kehidupan Suku Dayak bisa memakan waktu perjalanan 2-3 hari menyusuri sungai di Kalimantan. Saat ini sudah banyak Suku Dayak yang berbaur dengan masyarakat. Semoga budaya asli mereka tetap terjaga. (BARRY KUSUMA)
Editor: I Made Asdhiana
0 komentar:
Posting Komentar