Thursday, 12 Sep 2013 | 18:22 WIB
KOMPAS.com Ekskavasi kuburan maya yang dilakukan oleh para arkeolog mengungkap sebuah fakta mengerikan yakni adanya mayat-mayat korban mutilasi.
Ada beberapa temuan seni suku Maya yang menggambarkan kekerasan, perang, dan tawanan yang dikurbankan. Namun, bukti arkeologis langsung praktik kekerasan itu sangat minim. Temuan kali ini menjadi bukti adanya praktik tersebut.
Nicolaus Seefeld, arkeolog University of Bonn, adalah yang menemukan mayat-mayat yang kini tinggal kerangka itu saat mengerjakan penelitiannya tentang sistem pengairan di kota Uxul, kota tua suku Maya yang kini terletak di Meksiko, dekat perbatasan Guatemala.
Seefeld menemukan kerangka milik 24 individu di sebuah gua artifisial seluas kurang lebih 32 meter persegi yang berfungsi sebagai kuburan massal.
"Tepat di depan tempat 24 mayat itu dikubur, interior gua bisa dipastikan dipakai sebagai sumber air, karena kondisi lantai gua yang sangat bersih," ungkap Seefeld seperti dikutip Livescience, Rabu (11/9/2013).
"Setelah 24 mayat itu dikubur, orang-orang Maya menutup mayat itu dengan lapisan kerikil serta melapisinya dengan tanah liat. Karena proses penutupan itu, tulang-tulang mayat itu ditemukan dalam kondisi yang sangat bagus," imbuh Seefeld.
Tanda bahwa mayat-mayat itu merupakan korban mutilasi bisa dilihat dari kondisi dan susunan kerangka di dalam gua.
Seefeld menemukan, tulang leher yang ditemukan menunjukkan bahwa pemiliknya dahulu dipenggal kepalanya. Sementara itu, tulang rahang bawah ditemukan terpisah dari kepala. Tulang tengkorak sendiri ditemukan dalam kondisi berserakan, tidak menunjukkan relasi dengan bagian tubuh lainnya.
"Polanya mengindikasikan bahwa korban dibunuh pada saat yang sama, kemudian tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian, lalu akhirnya dikubur di gua artifisial itu," ungkap Seefeld.
Analisis mengungkap 15 jenis kelamin dan umur korban mutilasi itu. Dua di antaranya adalah perempuan, sementara semuanya berumur antara 18 - 42 tahun.
Menurut Seefeld, korban mutilasi mungkin saja merupakan orang mulia di wilayah Uxul dahulu. Bukti pendukungnya adalah gigi yang memiliki dekorasi, membuktikan bahwa pemiliknya berasal dari status sosial tinggi.
Di lantai gua ditemukan keramik yang diduga berasal dari abad ke-7. Saat itu, kejayaan Uxul telah berakhir. Kota itu dikuasai Dinasti Kaan yang berpusat di Calakmul. Hal ini juga memperkuat bukti bahwa korban mutilasi adalah orang mulia.
Meskipun demikian, Seefeld juga mengatakan bahwa ada kemungkinan korban berasal dari wilayah lain dan merupakan tawanan. Untuk membuktikan skenario yang benar, penelitian masih dibutuhkan.
Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Editor: Yunanto Wiji Utomo
0 komentar:
Posting Komentar